IKMAL.ORG – Kabar yang sangat mengejutkan. Tiba-tiba WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) merilis kabar bahwa Covid-19 ternyata dapat bertahan di udara. Berarti upaya mengatasi penularan corona selama ini sebagian kandas. Padahal sebelumnya, WHO menyatakan bahwa cara penyebaran virus corona tidak menular lewat udara alias bukan airborne. Diyakini bahwa virus penyebab Covid-19 ditularkan antara orang melalui droplets, yakni tetesan dari air liur atau lendir saat batuk dan bersin dan kontak fisik.
Pertanyaannya, sudah berapa banyakkah korban berjatuhan akibat ketidaktahuan atau temuan yang baru dirilis ini? Pada 9 Juli lalu, WHO resmi mengeluarkan pernyataan bahwa virus corona dapat berlama-lama di udara dalam ruang tertutup. Tentu saja ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain yang berada di dalam satu ruangan. Sebab tetesan berukuran di bawah 5 mikrometer yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang diembuskan seseorang bisa melayang di udara selama beberapa jam dan berkelana hingga puluhan meter.
Jelas batasan jarak antar orang 1-2 meter perlu dikoreksi kembali. Bahkan sampai belasan meter pun diduga masih bisa terjadi penularan. Dapat dibayangkan jika ini terjadi di tempat-tempat umum seperti mal atau tempat rekreasi. Sedangkan penggunaan alat pelindung diri seperti masker masih kurang memadai. Bahkan tidak jarang masker hanya dipakai sebagai sampiran saja.
Dalam hal penularan penyakit lewat udara, ada dua hal yang perlu dikaji yaitu waktu dan paparan virus. Hasil dari paparan, yaitu jumlah virus yang berada di udara dan waktu kita terpapar. Apabila manusia terpapar virus ini dalam jumlah kecil, risiko untuk sakit dan tertular lebih rendah dibanding jika kita terpapar dalam waktu lama dan jumlah virusnya banyak. Itulah perlu kewaspadaan tinggi bila berada di ruangan tertutup.
Selama ini panduan WHO menyebut Covid-19 menular dari droplet atau tetesan yang dianggap tidak bertahan lama di udara dan akan jatuh ke permukaan. Maka mencuci tangan telah menjadi langkah utama pencegahan yang dianjurkan. Padahal temuan saat ini bukan lagi droplet, melainkan airborne.
Pada dasarnya penyebaran virus secara airborne ini bisa terjadi dalam beberapa metode, salah satunya adalah airborne aerosol. Aerosol adalah tetesan atau percikan atau droplet, tetesan adalah aerosol – mereka tidak berbeda kecuali dalam ukuran. Para ilmuwan adakalanya menyebut tetesan berdiameter kurang dari 5 mikron sebagai aerosol. Hanya saja menurut penelitian, aerosol mengandung virus yang lebih sedikit dibanding droplet.
Mengingat bahwa aerosol lebih ringan, juga bisa bertahan di udara, khususnya di tempat yang tak punya sirkulasi udara segar. Dalam ruang tertutup yang padat, satu orang yang terinfeksi dapat melepaskan cukup virus aerosol dari waktu ke waktu, untuk menulari banyak orang. Mungkin saja akan menyebabkan cluster baru. Karena Covid-19 kini dianggap menular lewat udara, maka penggunaan masker menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko terpapar virus ini lewat aerosol. Kualitas masker pun menjadi penting walaupun kita berada di dalam ruangan. Apalagi jika menggunakan masker asal-asalan.
Mungkin maskernya pun akan lebih yang protektif, karena jika virus corona airborne berarti dia ada di mana-mana, di udara sekitar. Ketika virus corona ada di udara artinya virus dapat terhirup kapan dan di mana saja. Apalagi jika di dalam satu ruangan ada penderita yang menunjukkan gejala infeksi, berupa batuk, bersin, atau hanya sekadar bicara.
Selain itu, hindari berada di tempat umum yang tertutup, padat dan sirkulasi udaranya kurang baik. Meskipun sudah mengatur jarak 1-2 meter, cara penularan ini sungguh tidak efektif. Hal ini mengingat bahwa kelompok virus bisa menggantung di udara, terbawa angin, atau mendarat di orang lain. Virus bisa masuk ke dalam tubuh melalui udara yang terhirup atau menyentuh sembarang permukaan. Tangan yang digunakan menyentuh permukaan kemudian memegang mata, hidung, dan mulut tanpa dicuci lebih dulu.
Solusi
Karena itu, perlu diberikan solusi yang berkaitan dengan penggunaan ruangan serta waktu yang diperlukan. Disarankan untuk beberapa aktivitas, penggunaan ruangan outdoor atau semi outdoor lebih aman, daripada indoor. Juga batasi jumlah orang di dalam satu ruangan, harus sesedikit mungkin. Kalau perlu hanya 2-3 orang.
Waktu dalam satu ruangan pun perlu dibatasi. Batasi waktu dalam ruangan seminimal mungkin. Penularan secara airborne tersebut memungkinkan terjadi jika dalam waktu lama berada di dalam satu ruangan. Meskipun demikian, tutup mulut saat batuk atau bersin dengan tisu atau bagian siku pakaian, untuk menekan risiko penularan. Sediakan ventilasi atau exhaust fan dalam ruangan. Meski demikian tetap memakai masker. Sangat dianjurkan untuk menggunakan masker N95, bukan asal masker. Tetaplah memakai masker, meskipun berada di dalam ruangan. Tidak kalah penting, usahakan sebisa mungkin tidak keluar rumah.
Oleh: Prof. Dr. dr. Anies M.Kes PKK, guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (UNDIP).